Monday, January 8, 2018

"Gak, apa-apa..."

"Gak, apa-apa" a.k.a "tidak apa-apa" adalah kata-kata yang coba saya terapkan dalam keseharian bersama anak-anak. Saat mereka menumpahkan air, susu, makanan atau apapun, saya akan lebih memilih untuk bilang "gak, apa-apa sayang. Nanti kita bersihkan,ya..." daripada saya melototin mereka dan marah-marah. Ya,,cara itu ternyata cukup ampuh mengatasi emosi saya  😁😁😁. Saya berusaha menerima kesalahan-kesalahan mereka dengan ikhlas, tanpa harus mengeluarkan kemarahan dan kekesalan. Begitupun saat saya memberikan mereka ruang untuk eksplorasi, saya biarkan mereka kotor-kotoran mengenai pakaian dan saya katakan kepada mereka "gak, apa-apa sayang. Nanti kan bisa dicuci... 😊😊" 
Saya cukup lama mengembalikan keberanian anak sulung saya kotor-kotoran (karena sewaktu kecil, suami saya cukup protektif dan over-hygiene). Kebiasaan sulung sebelum saya terapi kotor, kalau terkena kotor sedikit saja, langsung minta cuci tangan dan raut mukanya seperti jijik πŸ˜…πŸ˜…. Alhamdulillah setelah itu berani main tanpa khawatir kotor  πŸ˜‰. 


Sampai suatu hari, sulung tiba-tiba menghampiri saya dan berkata, "bun, gak apa-apa airnya tumpah?", 

Saya jawab "hmmmmm....kalau begitu apa yang harus dilakukan ya?", 

lalu dijawab "dibersihkan,bun. Pakai lap,ya" (ahaa! He's already learned something πŸ˜‰),

langsung saya jawab "hebat, tsaqif sudah bisa membersihkan tumpahan air sendiri,ya..."

Dan si kecilpun dg terbata-bata berkata "g,,pah-pah" setiap kali dia menumpahkan sesuatu.
Dalam hal kejadian kecelakaan misalnya, terjatuh atau terbentur yang bukan fatal., saya lebih memilih untuk bersikap tenang tidak panik agar anak-anak kelak dapat menguasai dirinya saat situasi buruk terjadi. Biasanya si kecil sudah bisa bilang " ga,pah-pah" saat dia terjatuh atau terbentur akibat kekurang hati-hatiannya. Saya hanya mengingatkan agar lebih hati-hati..

#day3
#ODOPPreMatrik
#MulaiMenulis
#IIPBogor






I can share

Punya dua toddler dengan jarak usia tidak terlalu jauh memang benar-benar jadi challenge buat saya. Perkara rebutan mainan, pengen dulu2an, periode kompetisinya jelas terasa. Tapi saya berusaha membuat mereka bisa saling menghormati, menghargai satu sama lain. Saat mereka saling melukai, saya ingatkan dan beritahukan mereka untuk saling meminta maaf dan memaafkan. Contoh lainnya, seperti mainan, di toko mainan, mereka sudah memilih masing-masing mainan, sampai dirumah, yang dimainkan malahan kebalik2; kakak pengen mainan adik begitupun sebaliknya dan malahan jd perselisihanπŸ˜₯πŸ˜₯, untungnya saya sudah wanti-wanti sejak di mobil menuju jalan pulang, kalau harus bermain bersama dan saling meminta izin jika ingin meminjam mainannya.

Mainan ini sebetulnya dipilih oleh adik, namun kakak juga senang memainkannya. Awalnya sebelum saya nimbrung, mereka rebutan ingin main, namun setelah pakai jurus "hom-pim-pa" dan tidak ada yang menang, saya minta untuk bermain bersama  😊😊 and alhamdulillaah, it's worked!

Saya memang sengaja tidak membelikan mainan jenis yang sama untuk mereka karena sekalian mengajarkan mereka untuk berbagi dan bekerjasama. Alhamdulillah meski saya harus terus extra membimbing dan mengingatkan mereka, so far mereka mau berbagi dan bekerja sama... Terkadang kalau mereka sedang sama-sama bertahan tidak mau memgalah, jurus "hom-pim-pa alaihum gambreng" cukup ampuh melunakkan mereka sampai mereka mau gantian, ataupun dengan metode time out (walau adik kecil masih belum memahami sepenuhnya, kadang sudah habis waktu, masih pengen terus main πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…)
#ceritaemakrempong  #momoftwo #parentingisneverendinglearning
#myparentinglife

MENJADI IBU PROFESIONAL KEBANGGAAN KELUARGA

Materi Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #2 Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGG...

 

Just The Ordinary Bunda Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang